Jumat, 15 April 2022

PENDIDIKAN MENURUT KI HAJAR DEWANTARA

 

PENDIDIKAN MENURUT

KI HAJAR DEWANTARA

 


 

 




 

 


MAKALAH

 

DISUSUN UNTUK MEMENUHI TUGAS

         MATA KULIAH              : KONSEP DASAR PAUD

         DOSEN PENGAMPU    : RISTA DWI PERMATA, S.Pd, M.Pd

         Disusun Oleh                : 1. MIRZA ANDRIYANI SAPUTRI (1118210001)

                                                2. Akhsanti Mardliyatul Ulya (1118210017)

                                                3. Dewi Khofifah (1118210018)

                                                4. Umi Ulfatin (1118210019)

 

 

UNIVERSITAS PGRI RONGGOLAWE

Jl. MANUNGGAL NO. 61

Kec. Semanding, Kabupaten Tuban, Jawa Timur

Tahun 2021


 


KATA PENGANTAR

 

Puji dan Syukur penyusun Panjatkan Kehadirat Tuhan Yang Maha Esa berkat Rahmat dan Hidayah-Nya kami dapat menyusun Makalah ini dengan tepat waktu.

Kami mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membatu kami dalam penyusunan makalah ini mengenai “MAKALAH PENDIDIKAN MENURUT KI HAJAR DEWANTARA”.

Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Penyusun menyadari dalam penyusunan makalah ini masih jauh dari posisi yang sempurna oleh karena itu penyusun menerima kritik dan saran yang bersifat membangun demi perbaikan ke posisi sempurna. Akhir kata penyusun ucapkan trimakasih.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

                                                                                                      Tuban, 26 November 2021

 

 

                                                                                                      Tim Penyusun


 

DAFTAR ISI

 


KATA PENGANTAR.. ii

DAFTAR ISI iii

BAB I 1

PENDAHULUAN.. 1

A.         LATAR BELAKANG.. 1

B.         RUMUSAN MASALAH.. 1

C.         TUJUAN PERUMUSAN MASALAH.. 1

BAB II 2

PEMBAHASAN.. 2

A.         RIWAYAT HIDUP KI HAJAR DEWANTARA.. 2

B.         PANDANGAN KI HAJAR DEWANTARA TERHADAP PAUD.. 4

C.         NILAI PENDIDIKAN BERDASARKAN PANDANGAN KI HAJAR DEWANTARA.. 5

D.         PELAKSANAAN PEMBELAJARAN DI PAUD BERDASARKAN PANDANGAN HIDUP. 6

BAB III 10

PENUTUP. 10

A.         KESIMPULAN.. 10

B.         SARAN.. 10

DAFTAR PUSTAKA.. 11

 


 


BAB I

PENDAHULUAN

 

A.    LATAR BELAKANG

Pendidikan merupakan salah satu aspek terpenting dalam kehidupan karena pendidikan adalah suatu proses untuk mendewasakan manusia. Atau dengan kata lain pendidikan merupakan suatu upaya untuk “memanusiakan” manusia.

Melalui pendidikan manusia dapat tumbuh dan berkembang secara wajar dan “sempurna” sehingga ia dapat melaksanakan tugasnya sebagai manusia. Pendidikan dapat mengubah manusia dari yang asalnya tidak tahu menjadi tahu, asalnya tidak baik menjadi baik. Sedemikian pentingnya nilai pendidikan bagi manusia, maka keharusan untuk mendapatkannya pun adalah suatu keharusan.

Menurut Ki Hajar Dewantara (Bapak Pendidikan Nasional Indonesia) menjelaskan tentang pengertian pendidikan yaitu: Pendidikan yaitu tuntutan di dalam hidup tumbuhnya anak-anak, adapun maksudnya, pendidikan yaitu menuntun segala kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak itu, agar mereka sebagai manusia dan sebagai anggota masyarakat dapatlah mencapai keselamatan dan kebahagiaan setinggi-tingginya.

 

B.    RUMUSAN MASALAH

1.     Riwayat hidup Ki Hajar Dewantara

2.     Pandangan Ki Hajar Dewantara terhadap PAUD

3.     Nilai Pendidikan berdasarkan pandangan Ki Hajar Dewantara

4.     Pelaksanaan pembelajaran di PAUD berdasarkan pandangan hidup

 

C.    TUJUAN PERUMUSAN MASALAH

1.     Mengetahui Riwayat hidup tentang Ki Hajar Dewantara

2.     Mengetahui pandangan Ki Hajar Dewantara terhadap PAUD

3.     Memahami Nilai-nilai Pendidikan berdasarkan pandangan Ki Hajar Dewantara

4.     Mengetahui pelaksanaan pembelajaran di PAUD berdasarkan pandangan hidup



BAB II

PEMBAHASAN

 

A.    RIWAYAT HIDUP KI HAJAR DEWANTARA

Biografi Ki Hajar Dewantara dari pendidikan

Ki Hajar Dewantara lahir dengan nama Raden Mas (R.M.) Suwardi Suryaningrat. Beliau lahir pada Kamis Legi, 2 Mei 1889 di Yogyakarta. Ki Hajar Dewantara berasal dari keluarga bangsawan Puro Pakualaman Yogyakarta. Ayahnya adalah Kanjeng Pangeran Ario (K.P.A.) Suryaningrat dan Ibunya bernama Raden Ayu (R.A.) Sandiah. K.P.A. Suryaningrat sendiri merupakan anak dari Paku Alam III. Julukan Ki Hajar Dewantara saat masih kecil adalah Denmas Jemblung (buncit) karena saat bayi perutnya buncit.

Menjadi keluarga bangsawan, membuatnya mendapat pendidikan yang berkecukupan. Ki Hajar Dewantara bersekolah di Europeesche Lagere School (ELS), sekolah dasar milik Belanda di kampung Bintaran Yogyakarta. Lulus dari ELS Suwardi Suryaningrat masuk ke Kweekschool, sebuah sekolah guru di Yogyakarta.

Ki Hajar Dewantara pun mendapat tawaran beasiswa sekolah kedokteran. Tepatnya di sekolah dokter Jawa di Jakarta bernama STOVIA (School Fit Opleiding Van Indische Artsen). Sayangnya 4 bulan kemudian beasiswanya dicabut karena kesehatan Ki Hajar kurang baik. Beberapa hari sebelum pencabutan, dampratan dari Direktur STOVIA juga ia dapatkan. Hal ini disebabkan karena Ki Hajar Dewantara dianggap membangkitkan radikalisme terhadap Pemerintahan Hindia Belanda. Radikalisme ini konon disebarkan melalui sajak yang ia bawakan di sebuah pertemuan.

 

Biografi Ki Hajar Dewantara dari dunia jurnalistiknya

Lepas dari STOVIA Ki Hajar Dewantara mendapat Surat Keterangan Istimewa atas kemahirannya berbahasa Belanda. Ki Hajar juga menjadi jurnalis di Surat Kabar Bahasa Jawa “Sedyotomo”, kemudian Surat Kabar Bahasa Belanda “Midden Java di Yogyakarta, dan “De Express” di Bandung.

Berkat tulisan-tulisannya yang bagus, pada 1912 ia diminta mengasuh Harian “De Express” Bandung oleh Dr. E.F.E. Douwes Dekker. Tulisan pertamanya berjudul “Kemerdekaan Indonesia”. Bahkan ia pun menjadi Anggota Redaksi Harian “Kaoem Muda” Bandung, “Oetoesan Hindia” Surabaya, “Tjahaja Timoer” Malang. Begitu juga pada tahun 1912, Ki Hajar Dewantara menerima tawaran dari HOS.

Puncak karir Suwardi Suryaningrat dalam jurnalistik adalah saat menulis Als ik eens Nederlander was pada Buletin Bumi. Buletin ini dicetak 5.000 eksemplar dan menjadi terkenal di kalangan masyarakat. Hal ini disebabkan karena tulis-tulisan yang berupa kritikan tersebut dinilai sangat pedas. Hingga akhirnya Ki Hajar Dewantara, dr. Cipto Mangunkusumo, dan Dr. E.F.E. Douwes Dekker ditangkap lalu dipenjara.

Dunia jurnalistik yang ditekuni Suwardi Suryaningrat membuat pergaulannya lebih luas pandangan politiknya juga lebih berkembang. Ia dapat mengutarakan pemikiran dan persoalan bangsanya melalui ulisan-tulisan di berbagai surat kabar, majalah, dan brosur dan memberi penerangan pada bangsanya yang sedang dirundung kegelapan.

 

Biografi Ki Hajar Dewantara dari Kiprah Dunia Pendidikan

Pengalaman mengajar ini kemudian digunakannya untuk mengembangkan konsep mengajar bagi sekolah yang ia dirikan pada tanggal 3 Juli 1922: Nationaal Onderwijs Instituut Tamansiswa atau Perguruan Nasional Taman siswa.

Sekolah pertama yang didirikan adalah taman indria (taman kanak-kanak) dan kursus guru, kemudian diikuti taman muda (SD), dan taman dewasa (SMP merangkap taman guru). Setelah itu, diikuti pendirian taman madya (SMA), taman guru (SPG), prasarjana, dan sarjana wiyata. Dalam waktu 8 tahun, Perguruan Tamansiswa telah hadir di 52 tempat.

Ada empat strategi pendidikan Ki Hadjar Dewantara:

- Pertama: pendidikan adalah proses budaya untuk mendorong siswa agar memiliki jiwa merdeka dan mandiri.

- Kedua: membentuk watak siswa agar berjiwa nasional, namun tetap membuka diri terhadap perkembangan internasional.

- Ketiga: membangun pribadi siswa agar berjiwa pionir-pelopor.

- Keempat: mendidik berarti mengembangkan potensi atau bakat yang menjadi Korat Alamnya masing-masing siswa.

Dalam kabinet pertama Republik Indonesia, Ki Hadjar Dewantara diangkat menjadi Menteri Pengajaran Indonesia. Beliau adalah Menteri Pendidikan, Pengajaran dan Kebudayaan yang pertama. Pada tahun 1957 ia mendapat gelar doktor kehormatan (doctor honoris causa, Dr.H.C.) dari Universitas Gadjah Mada.

Semboyannya yang terkenal hingga saat ini adalah Ing ngarsa sung tuladha, ing madya mangun karsa, tut wuri handayani yang artinya di depan memberi contoh, di tengah memberi semangat, di belakang memberi dorongan.

Jejak-jejak peninggalan Ki Hajar Dewantara terpampang rapi di Museum Dewantara Kirti Griya yang berlokasi di Jalan Taman Siswa Yogyakarta. Museum yang diresmikan Nyi Hadjar pada 2 Mei 1970 diberi nama sesuai fungsinya semula. Kirti berarti kerja dan griya bermakna rumah. Bangunan ini dulu merupakan tempat tinggal Ki Hajar Dewantara bersama keluarga.

 

B.    PANDANGAN KI HAJAR DEWANTARA TERHADAP PAUD

Sesuai dengan pengertian pendidikan anak usia dini yang tercantum dalam UU RI No.20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab 1 Pasal 1 Butir 14 yang menyatakan bahwa pendidikan anak usia dini adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut.

Ki Hajar Dewantara, seorang tokoh pendidikan nasional menyatakan bahwa pendidikan anak usia dini merupakan masa peka atau masa penting bagi kehidupan anak, dimana pada masa tersebut masa terbukanya jiwa anak sehingga segala pengalaman yang diterima anak pada masa usia di bawah tujuh tahun akan menjadi dasar jiwa yang menetap, sehingga pentingnya pendidikan di dalam masa peka bertujuan menambah isi jiwa bukan merubah dasar jiwa. Lebih lanjut, Ki Hajar Dewantara mengatakan bahwa pendidikan yang diselenggarakan untuk anak usia dini adalah pendidikan yang membebaskan selama tidak ada bahaya yang mengancam.

Dipengaruhi pemikiran Frobel yang memberikan kebebasan pada anak yang diatur secara tertib dan pemikiran Montessori yang membebaskan anak-anak seakanakan secara tak terbatas, maka Ki Hajar Dewantara merumuskan sebuah semboyan “Tut Wuri Handaayani” yakni memberi kebebasan yang luas selama tidak ada bahaya yang mengancam kanak-kanak. Inilah sikap yang terkenal dalam hidup kebudayaan bangsa kita sebagai system “Among”.

Pendidikan anak usia dini berdasarkan pemikiran Ki Hajar Dewantara didasarkan pada pola pengasuhan yang berasal dari kata “Asuh” artinya memimpin, mengelola, membimbing. Perilaku dapat mempengaruhi individu dan sebaliknya individu tersebut dapat mempengaruhi lingkungan, lingkungan mempengaruhi seseorang dan seterusnya. Oleh sebab itu, keteladanan mutlak dibutuhkan oleh anak-anak, Ki Hajar Dewantara menyebutnya Ing Ngarsa Sung Tulada, dimana guru harus menjadi teladan untuk anak didiknya.

Dukungan yang diberikan dapat berupa motivasi dan penyediaan media belajar. Dalam sistem among, hal ini disebut sebagai “Ing Madya Mangun Karsa”. Jadi, kebebasan yang diberikan pada anak usia dini sesungguhnya memerlukan bimbingan yang bersifat keteladanan sebagai bentuk perwujudan kepemimpinan orang dewasa dan membutuhkan dorongan atau motivasi orang dewasa kepada anak dalam menjalani proses hidupnya secara alami yaitu ketika anak bermain atau kegiatan-kegiatan yang diminati anak.

Proses pembelajaran yang dilakukan Ki Hajar Dewantara kepada anak usia dini dilakukan dengan pendekatan budaya yang ada dilingkungan anak-anak. Menurutnya untuk menyempurnakan perkembangan budi pekerti anak-anak jangan dilupakan dasar “Bhineka Tunggal Ika” yaitu mementingkan segala unsur-unsur kebudayaan yang baik-baik dimasing-masing daerah kanak-kanak sendiri, dengan maksud pada tingkatan-tingkatan yang lebih tinggi melaksanakan “Konvergensi” seperlunya, menuju kearah persatuan kebudayaan Indonesia secara evolusi.

Pendekatan budaya yang digunakan Ki Hajar Dewantara dalam pendidikan anak usia dini adalah dengan melalui permainan, nyanyian, dongeng, olaraga, sandiwara, bahasa, seni, agama dan lingkungan alam.

Proses pembelajaran pada anak usia dini menurut pemikiran Ki Hajar Dewantara berlangsung secara alamiah dan membebaskan. Namun dalam kebebasannya tersebut terdapat tuntunan dan bimbingan dari pendidik kepada anak yang bersumber pada kebudayaan lingkungan anak, dimana nilai budi pekerti, nilai seni, nilai budaya, kecerdasan, ketrampilan dan agama yang menjadi kekuatan diri anak untuk tumbuh berkembang melalui panca inderanya. Kebudayaan yang dimaksud adalah kebudayaan seharihari yang mengelilingi kehidupan si anak seperti nyanyian, permainan, dongeng, alam sekitar dan sebagainya.

 

C.    NILAI PENDIDIKAN BERDASARKAN PANDANGAN KI HAJAR DEWANTARA

Menurut Ki Hadjar Dewantara, pendidikan merupakan salah satu usaha pokok untuk memberikan nilai-nilai kebatinan yang ada dalam hidup rakyat yang berkebudayaan kepada tiap-tiap turunan baru (penyerahan kultur), tidak hanya berupa “pemeliharaan” akan tetapi juga dengan maksud “memajukan” serta “memperkembangkan” kebudayaan, menuju ke arah keseluruhan hidup kemanusiaan (Dewantara, 2011: 344). Kebudayaan yang dimaksud adalah kebudayaan bangsa sendiri mulai dari Taman Indria, anak-anak diajarkan membuat pekerjaan tangan, misalnya: topi (makuto), wayang, bungkus ketupat, atau barang-barang hiasan dengan bahan dari rumput atau lidi, bunga dan sebagainya. Hal ini dimaksudkan agar anak jangan sampai hidup terpisah dengan masyarakatnya (Dewantara, 2011: 276).

Nilai-nilai kebudayaan bukanlah nilai-nilai yang statis tetapi juga mengalami kemajuan. Ki Hadjar Dewantara mengatakan hendaknya usaha kemajuan ditempuh melalui petunjuk “Trikon”, yaitu : kontinyu dengan alam masyarakat Indonesia sendiri. Artinya, secara kontinyu kebudayaan harus diestafetkan atau diberikan kepada generasi penerus secara terus-menerus. Kemudian konvergen dengan budaya luar. Artinya, penerima nilai-nilai budaya dari luar dengan selektif dan adaptif dan akhirnya bersatu dengan alam universal, dalam persatuan yang konsentris yaitu bersatu namun tetap mempunyai kepribadian sendiri. Jadi dapat disimpulkan bahwa kebudayaan Indonesia adalah kebudayaan yang maju tetapi tetap berkepribadian Indonesia (Dewantara, 1994: 371). Nilai-nilai budaya yang digunakan Ki Hadjar Dewantara dalam pendidikan adalah nilai budaya yang ada sejak beliau dilahirkan, yaitu pada masa Adipati Paku Alam III tahun 1889, jadi nilai-nilai budaya sekitar abad ke-18 dan 19. Sedang filsafat pendidikan esensialisme didasarkan pada jaman Renaisans yang muncul sekitar abad ke-15 dan 16.

 

D.    PELAKSANAAN PEMBELAJARAN DI PAUD BERDASARKAN PANDANGAN HIDUP

Seorang pendidik harus menyiapakan kelas untuk kegiatan pembelajaran dengan baik. Berikut model-model pembentukan kelas:

 

1.Bentuk U

Kelebihan bentuk ini setiap siswa dapat memperhatikan dan menyimak materi pembelajaran yang dibwakan atau disampaikan oleh guru, seperti memutar film atau mendengarkan penjelasan guru.

 

2.Bentuk Kelompok

Bentuk ini sangat baik bila diterapkan untuk pembelajaran yang sifatnya diskusi atau menyelesaikan masalah dengan cara pembagian kelompok. Kelebihan bentuk ini adalah peserta didik dalam satu kelompok dapat saling berinteraksi lebih dekat dan dapat memupuk rasa kerja sama.

 

3.Bentuk Melingkar

Bentuk ini memberikan kedekatan antara siswa yang satu dengan yang lain. Bentuk kelas melingkar sangat cocok digunakan dalam pembelajaran bercerita dan bernyanyi.

 

4.Bentuk Konferensi

Bentuk konferensi merupakan pembentukan kelas seperti bentuk melingkar, akan tetapi bentuk ini di tengah-tengahnya terdapat meja yang digunakan untuk menulis. Selain itu, melingkarnya juga tidak sempurna karena harus menyesuaikan dengan bentuk meja belajar.

 

5.Bentuk Klasikal

Bentuk klasikal adalah pembentukan kelas secara tradisional yang bisa diterapkan di sekolah-sekolah pada umumnya. Bentuk kelas seperti ini bisa digunakan untuk jumlah siswa yang sangat banyak sehingga perlu membutuhkan ruang yang cukup luas dan ditata sedemikian rupa. Meskipun untuk pembelajaran kurang begitu efektif untuk mengaktifkan peserta didik.

 

6.Bentuk Acak

Bentuk acak ialah pembentukan kelas dengan cara tidak teratur. Artinya, peserta didik dapat memilih dan menentukan duduknya masing-masing. Pembentukan kelas ini biasanya digunakan pada siswa yang melakukan pembelajaran melalui bermain. Di mana anak melakukan permainannya di situlah tempat ia melangsungkan pembelajaran, seperti di taman, di halaman maupun ruang sekolah.

 

Setelah selesai mempersiapkan dan membuat perencanaan pembelajaran, yang selanjutnya ialah melaksanakan perencanaan tersebut dalam proses pembelajaran. Pelaksanaan pembelajaran pendidikan anak usia dini dalam Kurikulum meliputi tiga hal utama yaitu:

 

1.Pembukaan

·Pendidik menyampaikan salam

·Mengenalkan diri jika merupakan pertemuan awal guru mengajar

·Membacakan absensi

·Menjelaskan judul atau topik matreri yang akan diajarkan

·Menjelaskan tujuan pembelajaran umum maupun khusus

·Menyampaikan deskripsi sajian yang berisi ruang lingkup meteri dan kegiatan belajar dan pembelajaran yang akan dilaksanakan.

Membuka pembelajaran adalah usaha atau kegiatan yang dilakukan oleh guru dalam kegiatan pembelajaran untuk menciptakan prakondisi bagi siswa agar mental maupun perhatiannya berpusat pada apa yang akan dipelajarinya sehingga usaha tersebut akan memberikan efek yang positif terhadap kegiatan belajar.

 

2.Inti (pembentukan kompetensi)

Kegiatan inti merupakan proses pembentukan atau pencapaian kompetensi dalam pembelajaran. Dalam rangka pembentukan kompetensi tersebut ada tiga kegiatan yang harus dilakukan oleh seorang pendidik yaitu :

a.Eksplorasi (penjelajahan), dalam kegiatan ini seorang pendidik harus memperhatikan hal-hal sebagai berikut:

·Melibatkan peserta didik mencari informasi yang luas sesuai dengan tema yang akan dipelajari

·Menggunakan beragam pendekatan pembelajaran, media dan sumber belajar

·Memfasilitasi terjadinya interaksi antar peserta didik serta antara peserta didik dengan guru, lingkungan, dan sumber belajar lainnya.

·Melibatkan peserta didik secara aktif

·Memfasiliasi peserta didik dalam melakukan percobaan di laboratorium, studio, atau lapangan.

 

b.Elaborasi (pengerjaan dengan teliti)

·Membiasakan peserta didik membaca dan menulis yang beragam

·Memfasilitasi peseta didik melalui pemberian tugas, diskusi dan sebagainya

·Memberi kesempatan untuk berfikir, menganalisis, menyelesaikan masalah, dan bertindak tanpa rasa takut.

·Memfasilitasi peserta didik untuk menyajikan hasil kerja individual maupun kelompok dan lain-lain

 

c.Konfirmasi (penguatan/penjelasan)

·Memberikan umpan balik positif

·Memberikan informasi terhadap hasil eksplorasi dan elaborasi

·Memfasilitasi peserta didik melakukan refleksi

·Memfasilitasi peserta didik untuk memperoleh pengalaman yang bermakna

·Berfungsi sebagai narasumber dan fasilitator dalam menjawab pertanyaan peserta didik

·Membantu menyelesaikan masalah

·Memberikan motivasi kepada peserta didik yang kurang atau belum berpartisipasi aktif.

 

3.Penutup

Penutup merupakan kegiatan terakhir dalam proses pembelajaran di kelas. Pada tahap ini guru dapat mengakhiri pertemuan pembelajaran dengan memberikan suatu kesimpulan terkait materi kompetensi yang disampaikan.kemusian barulah diakhiri dengan doa dan salam.


 


BAB III

PENUTUP

 

A.    KESIMPULAN

pendidikan Ki Hadjar Dewantara disebut filsafat pendidikan among yang di dalamnya merupakan konvergensi dari filsafat progresivisme tentang kemampuan kodrati anak didik untuk mengatasi persoalan-persoalan yang dihadapi dengan memberikan kebebasan berpikir seluas-luasnya. Di samping itu digunakan kebudayaan yang sudah teruji oleh waktu, menurut esensialisme, sebagai dasar pendidikan anak untuk pencapaian tujuannya. Khusus mengenai kebebasan berpikir, menurut Ki Hadjar Dewantara, bila membahayakan anak didik berbuat salah maka akan diambil alih pamongnya (Tutwuri Handayani). Selain itu Ki Hadjar Dewantara menggunakan kebudayaan asli Indonesia, sedangkan nilai-nilai dari Barat diambil secara selektif adaptatif sesuai dengan teori trikon (kontinyuitas, konvergen dan konsentris).

 

B.    SARAN

Pendidikan harus mengutamakan azas kebermanfaatan dalam kehidupan sehari-hari. Nilai-nilai yang terdapat di pendidikan seharusnya dapat dipraktekkan dalam kehidupan nyata, dengan cara diamalkan dan diperaktekkan. Tidak hanya mempelajari teori tanpa amalan.


 


DAFTAR PUSTAKA

 

 

https://m.liputan6.com/hot/read/4350679/biografi-ki-hajar-dewantara-singkat-gambarkan-kiprahnya-di-dunia-jurnalistik (diakses pada tanggal 26 November 2021)

https://media.neliti.com/media/publications/85340-ID-filsafat-pendidikan-ki-hadjar-dewantara.pdf  (diakses pada tanggal 26 November 2021)

Fadillah, Muhammad. 2012. Desain Pembelajaran PAUD: Tinjauan Teoritik & Praktik. Jogjakarta: Ar.Ruzz Media.

Dewantara, Ki Hadjar, 1994, Kebudayaan, Majelis Luhur Persatuan Taman Siswa, Yogyakarta.

https://www.kompasiana.com/harlinadwirahmasari/54f740eba33311c70e8b4669/proses-pembelajaran-anak-usia-dini (diakses pada tanggal 26 November 2021)

 

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar